POTENSI
WILAYAH KECAMATAN WONOSAMUDRO, BOYOLALI
(Dari Jagung Menuju Kecamatan Mandiri)
Wonosamudro
merupakan salah satu dari 3 kecamatan baru di Kabupaten Boyolali yang merupakan
hasil pemekaran dari Kecamatan Wonosegoro. Pada awalnya Wonosegoro memiliki 18
desa, karena dirasa terlalu besar sehingga perlu diadakannya pemekaran wilayah,
yang menghasilkan Kecamatan baru dengan nama yang identik yaitu Wonosamudro.
Kecamatan Wonosamudro sendiri memiliki 10 desa dengan ibu kota kecamatan berada
di Desa Garangan. Ketiga kecamatan baru hasil pemekaran yang ada di Kabupaten
Boyolali ini telah di resmikan dan dilakukan pelantikan camat di masing-masing
kecamatan baru pada akhir tahun 2018 lalu. Namun demikian, untuk di kecamatan
Wonosamudro sendiri, seluruh administrasi untuk di tahun 2019 ini masih
menginduk pada kecamatan sebelumnya, yaitu Kecamatan Wonosegoro.
Kondisi
geografis kecamatan Wonosamudro secara umum merupakan daerah yang berbentuk
gumuk / perbukitan yang mana tanah di daerah tersebut adalah tanah lempung,
sehingga air yang tersimpan tidak terlalu banyak. Di kecamatan Wonosamudro
sendiri sangat sedikit lahan yang dapat digunakan untuk menanam padi sebagai
bahan pokok utama. Sebagian besar tanah yang ada di kecamatan Wonosamudro
digunakan untuk menanam jagung pada musim penghujan dan ketika musim kemarau di
gunakan untuk menanam palawija. Sehingga kecamatan Wonosamudro sendiri
merupakan salah satu penghasil jagung yang cukup besar, karena hampir setengah
luas wilayah dari kecamatan tersebut digunakan warganya untuk menanam jagung.
Pada musim kemarau, di daerah kecamatan Wonosamudro sering mengalami
kekeringan, dikarenakan kondisi tanah yang kurang bisa menyimpan air.
Dilihat
dari kondisi masyarakat yang bertempat tinggal di kecamatan Wonosamudro
sebagian besar merupakan masyarakat kelas menegah kebawah. Mayoritas penduduknya
merupakan petani yang memanfaatkan lahan perbukitan dengan menanam jagung atau
ada juga yang memiliki sedikit lahan di daerah kecamatan Wonosegoro untuk
menanam padi. Hanya sebagian kecil saja yang memiliki usaha atau sebagai
pedagan di daerah tersebut, komoditas utama yang dihasilkan dari perdagangannya
pun hanya berupa jagung. Dikarenakan letak geografis daerah tersebut yang cukup
luas dan jarak antar desa di pisahkan oleh lading, terkadang masyarakat sedikit
kurang peduli terhadap kondisi masyarakat di desa sebelahnya, kecuali yang
mereka memiliki hubungan saudara, namun demikian hubungan masyarakat yang
didalam lingkup desa sendiri sangat lah baik, budaya bersih desa, gotong royong
juga masing sangat kental.
Kondisi
pendidikan warga kecamatan Wonosamudro bisa dikatakan masih sangat rendah.
Jenjang pendidikan yang di tempu pada tingkat SMA/K pun hanya sebagian kecil
warganya yang mau melanjutkan sampai pada jenjang tersebut. Mayoritas pemuda di
kecamatan tersebut hanya menempuh jenjang SMP sederajat. Mereka yang sudah
lulus dari sekolah menengah pertama lebih memilih untuk langsung mencari
pekerjaan di luar kota atau hanya sekedar menganggur di rumah sembari menunggu
musim bertani tiba yaitu di musim penghujan. Meskipun sesungguhnya di wilayah
Wonosamudro tersebut terdapat sarana pendidikan, mulai dari TK, SD,
SMP/sederajat, dan SMA, namun minat atau
kemampuan pendidikan didaerah tersebut masih cukup rendah. Salah satu contohnya
adalah, hampir 75% pelajar di salah satu SMA di kecamatan Wonosamudro merupakn
bukan warga dari kecamatan Wonosamudro itu sendiri, namun justru dari luar
kecamatan. Dan ketika di lihat di SMA/K di sekitar wilayah Wonosamudro yang
ada, dari daftar pelajar juga sangat sedikit yang berasal dari kecamatan
Wonosamudro.
Berdasarkan
hasil survei yang pernah saya lakukan di daerah kecamatan Wonosamudro beberapa
waktu yang lalu, dan berdasarkan kondisi daerah tersebut dapat diperoleh bahwa
wilayah tersebut memiliki potensi yang cukup besar namun belum di kelola dengan
baik oleh pemerintah setempat. Potensi yang terdapat di daerah tersebut adalah,
banyaknya lahan yang digunakan untuk menanam jagung dan jagung yang dihasilkan
pun memiliki kualitas yang cukup baik, sehingga seharusnya dengan hasil
tersebut dapat meningkatkan taraf kehidupan masyarakat daerah Wonosamudro dan
mungkin dapat menjadi ikon daerah yang dapat menjadi kebanggaan wilayah. Dan
lagi, dengan banyaknya kaum perempuan yang ketika tidak lagi musim tanam mereka
hanya mengganggur di rumah tanpa ada aktifitas selain mencari pakan untuk
ternak mereka.
Berdasarkan
potensi yang dimiliki daerah Wonosamudro, dengan adanya komoditas jagung yang
berkualitas serta banyaknya kaum perempuan di daerah tersebut, ketika ada
sekelompok pemuda yang bekerja sama dengan pemerintah setempat dapat meningkatkan
taraf hidup masyarakat dengan mengadakan pemberdayaan masyarakat yang berupa
penyuluhan dan pendampingan pengolahan paska panen komoditas jagung. Yang
awalnya ketika jagung di jual hanya menghasilkan rp. 4.600.,-/kg jagung, dengan
adanya pendampingan pengolahan paksa panen akan dapat meningkatkan nilai jual
jagung tersebut. Pengolahan paksa panen tersebut dapat berupa pembuatan olahan
dari jagung seperti kripik jagung, yogurt jagung, marneng dan lain-lain.
Terlebih jika dapat didirikan BUMDES (Bandan Usaha Milik Desa) yang nantinya
akan dikelola oleh sebagian warganya akan menjadikan lapangan pekerjaan
tersendiri bagi pemuda yang tidak dapat melanjutkan pendidikannya.
Peran
perempuan (ibu-ibu) warga didalam pengembangan BUMDES adalah sebagai pembuat
atau produsen olahan jagung yang nantinya akan di pasarkan di BUMDES tersebut,
kemudian para pemuda yang putus sekolah dapat menjadi pengelola dan bagian
pemasaran. Untuk pemasarannya sendiri dapat dilakukan dengan memanfaatkan media
sosial yang dimiliki, sehingga akan menambah luasnya jaringan dari BUMDES itu
sendiri. Selain menjual hasil olahan dari jagung tersebut, BUMDES juga dapat
menjadi tempat pengepul hasil panen jagung yang mana peran BUMDES adalah
mencari pasar penjualan jagung sehingga hasil penjualan jagung dapat menjadi
lebih tinggi. Selain itu, BUMDES dapat menyediakan kebutuhan pertanian, seperti
pupuk organik, pupuk kimia, obat-obatan untuk tanaman, alat-alat pertanian dan
lain sebagainya.
Sehingga
dengan kondisi goegrafis yang sedkit kurang menguntungkan tersebut, dikarenakan
wilayah yang cukup sulit untuk menghasilkan beras sebagia bahan pokok utama,
warga tetap akan mendapatkan kebutuhan tersebut dengan hasil penjualan dan
pengolahan jagung. Disisi lain, dengan adanya BUMDES tersebut akan mengurangi
angka pengangguran akibat putus sekolah dan minimnya lapangan pekerjaan. Dengan
demikian, meskipun Wonosamudro merupakan sebuah kecamatan baru yang terletak di
bagian utara paling ujung dari Kabupaten Boyolali, yang selama ini kurang
mendapatkan perhatian dari pemerinta dapat menjadi kecamatan yang mandiri,
tidak selalu bergantung pada pemerintah daerah, dan dari hal tersebut dapat
menjadikan kecamatan Wonosamudro lebih dikenal oleh masyarakat luas.
0 Response to "Artikel: POTENSI WILAYAH KECAMATAN WONOSAMUDRO, BOYOLALI"
Post a Comment